Monday, April 13, 2015

WALI SUFI

  1. A.    Wali Sufi
    1. 1.      Pengertian Wali Sufi

Menurut Abu ‘Ali al-Juzjani, Seorang wali adalah orang yang lebur-binasa dari kondisinya, kekal dalam menyaksikan Yang Maha benar. Allah-lah yang mengatur siasat lakunya, sehingga pancaran sinar kedekatan bertubi-tubi menyinarinya. Tak ia miliki lagi kuasa atas dirinya,  juga tak ada lagi ketetapan bersama yang selain Allah.  Sementara itu Wali atau kewalian menurut bahasa mempunyai  arti:

1)      Dekat. Jika seseorang senantiasa mendekatkan dirinya kepada allah, dengan memperbanyak kebajikan, keikhlasan dan ibadah, maka Allah akan menjadi dekat kepadanya dengan limpahan rahmat dan pemberinya, maka disaat itu orang itu menjadi wali.

2)      Orang yang senantiasa di pelihara dan di jauhkan Allah dari perbuatan maksiat dan ia hanya diberi kesempatan untuk taat saja.

Asal kata wali dari kata al-wala’ yang berarti hampir dan juga bantuan. Jadi kesimpulannya wali Allah itu adalah orang yang menghampirkan dirinya kepadaAllah dengan melaksanakan apa yang diwajibkan atasnya,sedangkan hatinya pula senantiasa sibuk kepada allah dan asyik untuk mengenal kebesaran Allah.

Diterangkan dalam ar-Risalah al-Qusyayriyyah bahwa wali memiliki dua pengertian.[1]

  1. sebagai obyek pasif (maf’ul). Yang artinya, Wali adalah orang yang segala urusannya diatur oleh Allah. Allah berfirman, “Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh”. Dia sama sekali tidak bergantung pada dirinya dalam menempuh suatu rencana, melainkan Allah yang mengendalikan segala urusannya.
  2. sebagai subyek aktif (fa’il). Artinya, Wali adalah orang yang urusannya hanya beribadah menyembah Allah dan menaati-Nya. Ia terus beribadah tanpa disusupi sedikitpun laku kemaksiatan.

Dari pengertian di atas, dapat diambildisimpulkan bahwa keduanya menjadi persyarat wajib untuk menjadi seorang Wali sejati. Dengan penekanan, seorang wali wajib melaksanakan hak-hak Allah dengan sepenuh jiwa dan raga, dan Allah pun senantiasa menjaganya dalam kondisi sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Dan seorang Wali haruslah mahfuz.

Wujud dari para wali-wali Allah tidak dapat dinafikkan dan mereka yang merupakan para kekasih Allah yang terdapat di seluruh pelosok bumi dimana sahajanya terdapat orang yang beriman. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengingatkan hakikat wujudnya para wali serta keramahan mereka di dalam kitabnya fatwa Ibnu Taimiyah “Wali Allah adalah orang-orang yang mukmin yang bertakwa kepada Allah. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan pada diri mereka dan mereka tidak merasa kuatir. Mereka beriman dan bertakwa kepada Allah, dalam artian mentaati firman-firmannya, penciptaannya, izinnya, dan kehendaknya, dan termasuk dalam ruang lingkup agama. Kedudukan sebagai wali hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang telah nyata ketakwaannya.sementara orang yang nyata telah mengenal tasawuf dan tarekat melanggar syari’ah tidak dapat diberikan kedudukan wali.

  1. 2.      Macam-macam dan Urutan Wali

Seperti halnya para nabi dan rasul yang martabat serta kedudukannya tidak sama antara satu dengan yang lainnya, para aulia juga diberi martabat serta berlainan. Di kalangn para Anbiya dan Rasul yang jumlahnya sangat ramai (Nabi lebih 124.000 dan Rasul 315) sementara yang wajib diketahui hannya 25 orang  sedangkan sisanya tidak wajib untuk diketahui.

Dari 25 Nabi dan Rasul ada 5 orang yang dikaruniai martabat yang tinggi, atau yang lebih dikenal dengan ‘Ulul Azmi’, yaitu Muhammad SAW. Ibrahim a.s, Isa a.s, dan Nuh a.s. para aulia juga mempunyai martabat yang berbeda-bada, namun tidak ada sipapun yang dapat mengenal pasti siapakah diantara para Aulia tersebut yang paling tinggi martabatnya kecuali Allah. Fungsi atau peran nabi dan rasul yang diutus kepada manusia harus membuktikan bahwasannya mereka di bekalkan mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah kepada mereka. Akan tetapi para Aulia tidak wajib membuktikan diri mereka sebagai Aulia melalui karomah yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Bahkan para Aulia dikehendaki merahsiakan kewalian mereka, apalagi martabat mereka, kecuali dalam keadaan darurat atau terdesak saja. Oleh Sebab  itu para Aulia  tidak dapat dikenal pasti yang lebih tinggi martabatnya dari pada yang lain, martabat para Aulia itu dapat dikenal hanya melalui karamah mereka, sedangkan karamah mereka tidak wajib ditontonkan kepada orang ramai, kecuali jika terdesak. Tingkatan para wali dapat dibagi atas beberapa tingkatan sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing disisi Allah swt. Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi memberikan penjelasan tentang tingkatan dan pembahagian para wali yang diterangkan dalam kitabnya “Fathul Makkiyah” pada bab ke-73 yang diringkas oleh Syeikh Al Manawi dalam mukaddimah Thabaqat Sughrahnya yaitu:

1)      Al-Aqtab (الأقطاب)

Al Aqtab adalah darajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai darjat tersebut terbatas 1 orang saja untuk setiap masanya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang mempunyai kedudukan di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai darjat tinggi, seperti para Khulafa’ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.

2)      Al-A’immah

Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai arti pemimpin. Setiap masanya hanya ada 2 orang saja yang dapat mencapai darjat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat saja.

3)      Al-Autad

Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang mempunyai arti pasak. Yang memperoleh darjat Al Autad hanya 4 orang saja setiap masanya. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelusuk bumi.

4)      Al-Abdal

Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai arti menggantikan. Yang memperoleh darjat Al Abdal itu hanya 7 orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan darjat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

5)      An-Nuqaba’

An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai arti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya 12 orang. Wali Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Mereka juga  mampu untuk meramal tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahsia seorang setelah melihat bekas jejaknya.

6)      An-Nujaba’

An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahawa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi darjatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari 8 orang.

7)      Al-Hawariyun

Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada 1 orang di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan darjat wali Hawariy seperti yang sabda Nabi: “Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”. Walaupun Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau berkata demikian, kerana beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih darjat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.

8)      Al-Rajbiyun

Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya keadaan mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya ada 40 orang saja. Para wali Rajbiyun ini tersebar di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakannya tidak. Disebutkan bahwa ada sebahagian orang dari Wali Rajbiyun yang dapat melihat hati orang-orang Syiah melalui kasyaf. Ada dua orang Syiah yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah dihadapan seorang wali Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, kerana wali Rajbiyun itu melihat keduanya berupa dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lain. Keduanya hanya mencintai Ali dan sejumlah sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut berkata: “Aku lihat kamu berdua berupa dua ekor babi, kerana kamu menganut mazhab Syiah dan membenci para sahabat Nabi”. Ketika berita itu disadari kebenarannya oleh keduanya, maka keduanya mengaku benar dan segera memohon ampun kepada Allah. Pada umumnya, di bulan Rajab sejak awal harinya para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula.

9)      Al-Khatamiyun

Derjat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya 1 orang. Tidak ada derajat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as datang kembali. Di antaranya, ada para Wali yang hatinya seperti Nabi Adam as. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang. Sabda Nabi saw: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi anugerah tersendiri oleh Allah swt. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan umatnya, tetapi ada juga dikalangan umat-umat lain. Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap masanya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka mempunyai budi pekerti ilahi mereka amat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah. Mereka senang dengan doa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi”. Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nabi Nuh as. Jumlah mereka hanya 40 orang di setiap zamannya. Hati mereka seperti hatinya Nabi Nuh as. Beliau adalah Nabi dan Rasul pertama. Mereka suka berdoa, seperti doa Nabi Nuh as yang artinya: “TuhanKu, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sesiapa sahaja dari orang beriman, lelaki ataupun wanita yang masuk ke dalam rumahku dan jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali kebinasaan”. Tingkatan wali dari jenis ini sukar diraih orang, sebab ciri khas mereka sangat keras dalam menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan sabda Nabi saw yang artinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari lubuk hatinya ke lidahnya”. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Nabi Ibrahim. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw pernah menceritakan tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka suka dengan doa Nabi Ibrahim as yang artinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan aku kepada orang-orang salih”. Mereka diberi keistimewaan yang luar biasa, hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa buruk sangkaterhadap Khalik maupun makhluk, mereka terlindung dari perbuatan buruk. Syeikh Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya, sampai aku beranggapan bahwa kesenangan surga telah dipercepatkan baginya”. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang sahaja dalam setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada malaikat Jibril yangamat kuat. Di hari kiamat kelak, mereka akan dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati MalaikatMikail. Jumlah mereka hanya ada tiga orang dalamsetiap masanya. Keistimewaan mereka suka berlemahlembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Izrafil. Jumlah mereka hanya ada satu orang dalam setiap zaman. Nabi saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Menurut pengamatan kami, Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari jenis wali ini. Termasuk juga Nabi Isa as. Syeikh Al Muhyiddin berkata: “Di antara tokoh-tokoh sufi ada yang diberi hati seperti hati Nabi Isa, kedudukan mereka sangat tinggi di sisi Allah swt”. Di antaranya pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud as.

10)  Rijalul Ghaib

Rijalul Ghaib atau manusia-manusia misteri. Jumlah wali jenis ini hanya 10 orang di setiap masa. Mereka orang-orang yang selalu khusyu’, mereka tidak berbicara kecuali dengan perlahan atau berbisik, kerana mereka merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi mereka. Mereka sangat misteri, sehingga keberadaan mereka tidak banyak dikenal kecuali oleh ahlinya. Mereka selalu rendah hati, malu dan mereka tidak banyak mementingkan kesenangan dunia. Boleh dikata segala tindak tanduk mereka selalu misteri. Di antaranya pula ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya 18 orang di setiap masa. Ciri khas mereka adalah selalu menegakkan hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala penyimpangan. Syeikh Abu Madyan termasuk salah seorang di antara mereka. Beliau berkata kepada murid-muridnya: “Tampilkan kepada manusia tanda ridha kamu sebagaimana kamu menampilkan rasa ketidaksenangan kamu, dan perlihatkan kepada manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang zahiriyah mahupun batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam firmanNya  Surah Adh Dhuha:ayat 11 “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda bersyukur”

11)  Rijalul Quwwatul Ilahiyah

RijalulQuwwatul Ilahiyah ialah orang-orang yang diberi kekuatanoleh Tuhan. Jumlah mereka hanya 8 orang saja disetiap zaman. Wali jenis ini mempunyai keistimewaan, yaitusangat tegas terhadap orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka memperkecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Beliau dikenal sebagaiseorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zaman. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.

12)  Rijalul Hanani Wal Athfil Ilahi

Mereka diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada 15 orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasihsayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir sekalipun. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.

13)  Rijalul Haibah Wal Jalal

 Jumlah mereka hanya 4 orang di setiap masa. Jenis wali tingkatan ini dikenal sebagai orang yang hebat dan mengkagumkan, meskipun sifat mereka lemah lembut, tetapi orang-orang yang menemui mereka akan tunduk. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang yang dikenal di langit. Di antara mereka ada yang mempunyai hati seperti Nabi Muhammad saw, ada pula yang mempunyai hati seperti Nabi Syuaib, Nabi Salleh dan Nabi Hud. Sayyid Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui wali golongan ini di kota Damsyik”.

14)  Rijalul Fathi

Rijalul Fathi artinya rahasia-rahasia Allah swt selalu terbuka bagi mereka. Jumlah mereka hanya ada 24 orang di setiap masanya. Meskipun demikian, mereka tidak pernah berkumpul di satu tempat dalam jumlah sebanyak itu. Adanya mereka menyebabkan terbukanya pintu-pintu pengetahuan, baik yang nyata mahupun yang rahsia.

15)  Rijalul Ma’arij Al’-‘Ula

Jumlah mereka hanya 7 orang di setiap masa. Mereka termasuk wali-wali tingkatan tinggi, mereka adalah orang-orang pilihan.

16)  Rijalu Tahtil Asfal

Rijalu Tahtil Asfal, yaitu mereka yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak lebih dari 21 orang di setiap masa. Ciri khas wali ini, hati mereka selalu hadir di hadapan Allah.

17)  Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kaun

Mereka yang selalu mendapat kurunia Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari 3 orang di setiap masa. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah kepada makhluknya.

18)  Ilahiyun Rahmaniyun

Ilahiyun Rahmaniyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasakasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya 3 orang di setiap masa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaranmereka suka mengkaji firman-firman Allah.

19)  Rijalul Istithaalah

Merupakan manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah. Jumlah mereka hanya 1 orang dalam setiap masa. Yang termasuk kelompok ini adalah Syeikh Abdul Qadir Jilani. Mereka selalu menolong manusia dan mereka sangat ditakuti.

20)  Rijalul Ghina Billah

Orang-orang yang tidak memerlukan kepada manusia sedikit pun. Jumlah mereka hanya 2 orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam malakut, sehingga kelompok ini tidak memerlukan kepada bantuan sesiapa pun, selain bantuan Allah.

21)  Rijalu ‘Ainut Tahkim Waz Zawaid

Jumlah mereka hanya 10 orang di setiap zamannya. Mereka senantiasa meningkatkan keyakinannya terhadap masalah-masalah yang ghaib. Seluruh hidup mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah.

22)  Rijalul Isytiqaq

Mereka yang selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya 5 orang di setiap zamannya. Kegemaran mereka hanya memperbanyak sholat di siang hari dan di malam hari.

23)  Al-Mulamatiyah

Mereka tergolong dari wali derajat yang tinggi, pimpinan tertingginya adalah Nabi Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan syariat Islam. Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat. Tindak tanduk mereka selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah. Sudah tentu keberadaan mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula jumlah mereka berkurangan.

24)  Al-Fuqara’

Jumlah mereka ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurangan. Ciri khas mereka ini selalu merendahkan diri.

25)  As-Sufiyyah

Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya banyak dan ada kalanya berkurangan. Mereka dikenal sebagai wali yang amat luhur budi pekertinya. Mereka selalu menghias diri mereka dengan kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian budi pekerti mereka.

26)  Al-‘Ibaad

Al Ibaad. Mereka dikenali sebagai orang-orang yang suka‘beribadah. Ibadah merupakan kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan diri di gunung-gunung, di lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara mereka ada yang malu bekerja, tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan semua kegiatan duniawi. Puasa sepanjang masa dan beribadah di malam hari merupakan syiar mereka. Sebab, menurut mereka dunia ini adalah tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat. Abu Muslim Al Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia merasa letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya seraya berkata: “Kamu berdua lebih pantas dipukul dari binatang ternakanku”.

27)  Az-Zuhaad

 Mereka termasuk orang-orang yang sukameninggalkan kesenangan duniawi. Mereka mempunyai harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya sedikitpun,seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah. Sayyid Muhyiddin berkata: “Di antara bapak saudaraku adayang tergolong dari wali tingkatan ini”. Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah At Tunisi, seorang ahli ibadah di masanya, ia dikenal sebagai salah seorang wali Az Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota Tilmasan menghampiri tempat Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai Syeikh Abdullah, apakah aku boleh sholat dengan pakaian kebesaranku ini?” Mendengar pertanyaan itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa engkautertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa kerana lucunya pertanyaanmu tadi, sebab mengapa engkau bertanya kepadaku seperti itu, padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?” Mendengar jawaban Syeikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis dan menyatakan taubatnya kepada Syeikh, selanjutnya ia meninggalkan kekuasaannya demi untuk  mengabdikan diri kepada Syeikh Abdullah, sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada Yahya Bin Yafan, sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang ahli zuhud, andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat melaksanakannya”.

28)  Rijalul Maa’i

Merupakan para wali yang senantiasa beribadah dipinggir-pinggir laut dan sungai. Mereka tidak banyak dikenal, karena mereka suka mengasingkan diri. Disebutkan, bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibli pernah berada di pinggir sungai Dajlah di Baghdad. Ketika hatinya bergerak: “Apakah ada diantara hamba-hamba Allah yang beribadah di dalam air?”Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air serayaberkata: “Ada, wahai Abu Saud. Di antara hamba-hambaAllah ada juga yang beribadah di dalam air dan aku termasukdi antara mereka. Aku berasal dari negeri Takrit, aku sengajakeluar, karena beberapa hari mendatang akan terjadi musibahdi negeri Baghdad”. Kemudiania menghilang ke dalam air.Kata Abu Saud: “Ternyata tidak lebih dari 15  harimusibah memang terjadi.”

29)  Al-Afrad

 Mereka termasuk wali-wali berkedudukan tinggi. Diantara mereka adalah Syeikh Muhammad Al ‘Awani, sahabatkarib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Mereka ini jarangdikenal manusia awam, kerana kedudukan mereka terlalutinggi. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlahmereka meningkatdan ada kalanya pula berkurangan.

30)  Al-Umana’

AlUmana’ artinya orang-orang yang dapat diberikankepercayaan. Di antara mereka adalah Abu Ubaidah IbnulJarrah, sepertimana yang disebutkan oleh Nabi saw: “AbuUbaidah adalah orang yang paling dapat diberi kepercayaandi antara umat ini”. Jumlah mereka tidak terbatas. Merekajarang dikenal manusia, karena mereka tidak pernahmenonjol ditengah masyarakatnya.

31)  Al-Qurra’

Mereka ahli membaca Al Quran. Menurut sebuahhadis, wali ini termasuk orang-orang yang dekat denganAllah, karena mereka ahli Al Quran, mereka harusdimuliakan. Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi termasukdi antara mereka.

32)  Al-Ahbab

Orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat, adakalanya pula berkurangan. Mereka mencapai tingkatan ini disebabkanmereka melaksanakan segala ibadah dan karena cinta kepada Allah. Ibadah yang didasari cinta, lebih baik dariibadah yang berharap pahala dan surga. Maka, mereka mendapat kasih sayangAllah yang luar biasa.

33)  Al-Muhaddathun

Orang-orang yang selalu diberi ilham olehAllah. Menurut hadits Nabi, ada sebaagian dari umatkuyang diberi ilham dari Allah. Maka Umar Bin Al Khattabtermasuk salah satu dari mereka. Sayyid Muhyiddin Ibnu Arabi ra berkata: “Di zaman kami ada pula wali-wali AlMuhaddathun, di antaranya adalah  Abul Abbas Al Khasyab dan Abu Zakariya Al Baha-i”. Para wali yang tergolong dalam golongan ini senantiasa mendapat bisikan-bisikan rohani dari penduduk alam malakut, misalnya dari Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah dapat menembus alam arwah atau alam malakut.

34)  Al-Akhilla’

AlAkhilla’. Mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah,sebab segala ibadah yang mereka lakukan selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat dan adakalanya berkurangan.

35)  As-Samra’

As Samra’ adalah berkulit hitam manis.Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka termasuk orang-orangyang senantiasa berdialog dengan Allah, sebab hati merekaselalu dipenuhi rasaketuhanan yang tiada taranya.

36)  Al-Wirathah

Mereka yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para ulama, pewaris para Nabi. Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar beribadah sampai melebihi dari batas kemampuannya. Mereka suka mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil demi untuk memenuhi kecintaannya kepada Allah.



[1]Mawlana ‘Abd ar-Rahman Jami, Pancaran Ilahi Kaum Sufi (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 21

No comments:

Post a Comment